http://cur.cursors-4u.net/anime/images12/ani1135.gif

Selasa, 03 Januari 2017

ARSIP KEWARGANEGARAAN


                                                         ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Sejarah Pancasila – Pancasila merupakan sebuah ideologi yang menjadi dasar negara kita yaitu Indonesia. Secara tata bahasa (etimology) kata pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Maka bisa dikatakan bahwa Pancasila adalah 5 asas yang dijadikan pedoman berbangsa dan bernegara di Indonesia.

sejarah-pancasila


Menurut sejarah pancasila, sebelum Pancasila resemi dijadikan sebagai dasar negara, seperti sekarang ini pancasila telah mengalami penyesuaian pada masa perumusanya. Saat masa itu terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yaitu :

Sejarah Pancasila


  • Lima Dasar oleh Muhammad Yamin. Lima dasar tersebut disampaikan dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945. Adapun 5 dasar yang beliau ungkapkan adalah sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. M Yamin menyatakan bahwa dasar tersebut bersumber dari sejarah, peradaban, agama, dan ketatanegaraan yang memang sudah berkembang di Indonesia.  Akan tetapi, Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
  • Panca Sila oleh Soekarno yang disampaikanya pada tanggal 1 Juni 1945 pada pidato spontannya. Pidato tersebut yang kemudian dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila“. Adapun dasar-dasar negara yang di ungkap oleh Soekarno adalah sebagai berikut: Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat, dasar perwakilan dasar permusyawaratan, Kesejahteraan, Ketuhanan.
Nama Pancasila sendiri pertamakali di ungkapkan oleh Soekarno pada pidatonya 1 Juni itu, berikut kutipanya:


Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara hal tersebut pun diikuti dengan pengokohanya melalui dokumen resmi sebagai berikut:

  1. Rumusan Pertama : Ditetapkan melalui Piagam Jakarta (Jakarta Charter)  pada tanggal 22 Juni 1945
  2. Rumusan Kedua : Ditetapkan pada Pembukaan Undang-undang Dasar [pada tanggal 18 Agustus 1945
  3. Rumusan Ketiga : Ditetapkan pada Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949
  4. Rumusan Keempat : Ditetapkan pada Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara pada tanggal 15 Agustus 1950
  5. Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Hari Kesaktian Pancasila

Berdasarkan sejarah pancasila sebagai dasar negara, setelah Pancasila resmi dijadikan sebagai dasar negara ternyata kekuatan pancasila sebagai dasar negara pun akhrinya menghadapi ujian. Ujian tersebut terjadi pada tanggal 30 September 1965, dimana terjadi gerakan Gerakan 30 September (G30S). Pada kejadian tersebut memicu perdebatan para akademisi tentang siapa penggagas dibalik gerakan tersebut. Akan tetapi kelompok otoritas militer dan kelompok religi telah menyebarkan kabar bahwa hal tersebut merupakan upaya PKI yang berusaha merubah dasar negara yaitu “Pancasila” jadi ideologi komunis. Akhirnya terjadilah pembubaran gerakan tersebut dan berakhir dengan pembantaian sepanjang tahun 1965 – 1966. Pemerintah orde baru yang mengambil alih kekuasaan menjadikan peringatan gerakan G30S pada 30 September dan tanggal 1 Oktober sebagai “Hari kesaktian pancasila”.



Presiden Indonesia yang Tidak Tertulis dalam Sejarah Bangsa


Hingga saat ini bangsa Indonesia hanya mengenal tujuh presiden yang pernah memimpin NKRI.  Masyarakat pastinya fasih ketika harus menghapal ketujuh nama presiden, mulai dari Ir Soekarno hingga sekarang presiden Joko Widodo.  Namun tahu kah anda bahwa ternyata ada dua nama lagi yang pernah menjabat negeri ini? Mereka luput dan terlupakan dari sejarah, bahkan tidak banyak yang mengenalnya.
Adalah Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat yang pernah memimpin Indonesia pada masa-masa genting. Sayang, usia memimpin yang relatif singkat membuat nama kedua tokoh ini tidak dikenal. Padahal tanpa mereka, Indonesia bisa saja direbut kembali oleh penjajah karena kondisi pemerintahan dalam keadaaan kosong. Siapa sebenarnya mereka dan bagaimana perjalanan dalam memimpin Indonesia? Berikut ulasannya.


 
Kisah Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat yang terlupakan
Sjafruddin Prawiranegara memimpin saat Presiden Soekarno dan Mohd Hatta di asingkan oleh Belanda pada Agresi Militer Belanda kedua. Saat itu Belanda habis-habisan menggempur Yogyakrta. Selain dua tokoh nasional tersebut,  Belanda juga menangkap pemimpin Indonesia lainnya untuk di asingkan ke Pulau Bangka. Belanda menyiarkan kabar bahwa Indonesia sudah bubar, karena pemimpin-pemimpinnya sudah mereka tawan.

Beruntung Sjafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat sehingga terhindar dari pengasingan. Ia lantas mengusulkan untuk pembentukan pemerintahan darurat demi meneruskan pemerintahan RI. Hal ini senada dengan telegraf yang dikirmkan Ir Soekarno yang memberi kuasa kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk memimpin pemerintahan.

Ia kemudian menggelar rapat pada 19 Desember 1948 yang bertempat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi. Rapat tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan yang langsung menyetujui pembentukan suatu Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Hal ini semata-mata dilakukan demi NKRI agar tidak mengalami kekosongan kekuasaan.

Akhirnya pada 22 Desember 1948, PDRI diproklamirkan dan Sjafruddin menjadi  pemimpinnya. Ia dibantu oleh kabinetnya diantaranya  T.M. Hasan, S.M. Rasjid, Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Sementara Jenderal Sudirman tetap menjadi Panglima Besar Angkatan Perang.

PDRI saat itu menjadi satu-satunya musuh Belanda. Semua tokoh-tokohnya terus bergerak mengusir penjajah. Bahkan hingga sampai harus bermalam di hutan rimba untuk menghindakan diri dari serangan. Rombongan ini kerap tidur di semak belukar di pinggiran sungai Batanghari dan kekurangan pasokan bahan makanan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan.

Perjuangan mereka ternyata membuahkan hasil. Pada pertengahan tahun 1949, posisi Belanda semakin terjepit karena agresi besar-besaran yang diluncurkan ke Indonesia mendapat kecaman internasional. Mereka tidak pernah berkuasa penuh dan akhirnya memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang saat itu masih berstatus tawanan.

Akhirnya perundingan  menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Setelah perjanjian ini  Sjafruddin kemudian  mengembalikan pemerintahan kembali kepada Ir Soekarno pada 13 Juli 1949. Ini berarti masanya menjabat sebagai presiden selama kurang lebih delapan bulan untuk melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.

Sementara itu Mr. Assaat pernah menjadi pemimpin Indonesia saat Indonesia mengalami gejolak yang sama. Tepatnya pada tahun 1949 Ia terpilih menjadi presiden saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS merupakan negara yang dibuat oleh Belanda dan terpisah dari NKRI.

Tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dimana Belanda menetapkan Ir Soekarno dan Hatta menjadi presiden dan Perdana Menteri RIS. Itu berarti terjadi kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia sendiri.

Tokoh Indonesia sudah membaca kelicikan Belanda yang akan menguasai Indonesia jika negeri ini mengalami kekosongan kekuasaan. Akhirnya dipilihlah Assaat sebagai Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Jika Ia tidak berkuasa, Belanda tentu saja akan dengan mudah untuk menguasai Indonesia.

Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1950 RI dan RIS melebur menjadi  Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya masa jabatan Assaat sebagai presiden RI  sekitar sembilan bulan. Kursi kepemimpinan kemudian dikembalikan lagi kepada Ir. Soekarno.

Perjuangan mereka tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika tidak ada keduanya, mungkin saja kisah Indonesia tidak seperti dalam buku sejarah yang kita baca di sekolah. Sayang, nama keduanya seolah hilang dan tidak diabadikan. Meski jasanya tidak kalah hebat dengan presiden yang memiliki catatan periode lima tahun atau lebih.




Sumber : http://www.likethisya.com/sejarah-pancasila.html



WASSALAMUALAIKUM WR.WB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar